Semarak Gelar Seni Menyambut Kemerdekaan di UPT Taman Budaya Disbudpar Jatim
“Sajen Unen” buka rangkaian gelar seni sambut 17-an di Taman Budaya Jatim
Surabaya – Taman Budaya Genteng Kali Surabaya punya gawe. Ya, nampaknya gawe bukan sekedar gawe. Melainkan gawe besar berbarengan dengan hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Sajen Unen, itulah tema dalam pagelaran kali ini. Konser Karawitan yang dilakukan oleh mahasiswa STKW (sekolah tinggi kesenian Wilwatikta) Surabaya menjadi pembuka rangkaian gelar kesenian yang akan tampil di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jatim selama Sabtu (27/7) s/d Jumat (2/8).
Ya, dalam rangka memperingati HUT RI ke-79, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim melalui UPT. Taman Budaya Jatim (TBJ) menggelar pergelaran kesenian mulai 27, 29, 30, 31 Juli hingga 1, 2 Agustus 2024 di Gedung Kesenian Cak Durasim Jl. Getengkali Surabaya.
Sajen Unen “Suguhan Bunyi Untuk Kehidupan Musik”. Konser karawitan ini disajikan sekaligus dalam rangka uji tugas akhir jurusan Karawitan STKW Surabaya tahun akademik 2023-2024.
Yang di dalamnya berupa sajian 5 karya musik tradisional sebagai SESAJI BUNYI bagi masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, pemerintah, seniman, pelaku seni yang arahnya untuk apresiasi, sumbangsih demi perkembangan musik tradisional di Jatim.
Dalam Sajen Unen ini terdapat 3 budaya sebagai “uba rampe” sajen bunyi, yaitu Budaya Osing Banyuwangi, Padalungan dan Budaya Arek.
Ada 5 karya yang akan disajikan yakni: Konser Ludruk Karawitan karya Prasetyo Wahyu Sejati, Swarawe karya Mokh. Hikam Fadli, Paglak Lagkaban karya Bagus Agustin, Pring Nggadang karya Alif Nova Firdaus, serta Engsel Seliwah karya Ilham Bahiy Rif’at Ramadhan. Sedangkan pelaksanaan acara dimulai pukul 20.00 wib.
Selain konser karawitan, ada juga pagelaran tari dan ketoprak “Suryo Budoyo” dari Kota Surabaya dengan lakon “Pedhut Mataram”.
Ketoprak “Suryo Budoyo” dari Kota Surabaya dengan lakon “Pedhut Mataram”. Lakon ini mengisahkan tentang pembangkangan Ki Ageng Mangir kepada Penembahan Senopati penguasa Mataram.
Walau sudah memegang pusaka Tombak Baru Klinthing namun berkat siasat Panembahan Senopati akhirnya Ki Ageng Mangir berhasil ditundukkan, yakni dengan jebakan putri Panembahan Senopati sendiri yang berpura-pura menjadi pengamen keliling.
Ki Ageng Mangir terpikat dengan sang putri kemudian mau menghadap Panembahan Senopati. Namun kemarahan sang Panembahan tak bisa dibendung hingga Ki Ageng Mangir tewas karena kepalanya dibenturkan ke watu gilang. (her)
Berikut jadwal penampilan kesenian yang akan pentas di Gedung Kesenian Cak Durasim pada pagelaran tersebut :
- 27 Juli 2024: Konser Karawitan Sajen Unen “Suguhan Bunyi Untuk Kehidupan Musik”.
Konser ini disajikan dalam rangka Uji Tugas Akhir Jurusan Karawitan STKW Surabaya
tahun akademik 2023-2024 yang di dalamnya berupa sajian lima karya musik
tradisional sebagai SESAJI BUNYI bagi masyarakat umum, pelajar, mahasiswa,
pemerintah, seniman, pelaku seni yang arahnya untuk apresiasi, sumbangsih demi
perkembangan musik tradisional di Jawa Timur. Dalam Sajen Unen ini terdapat tiga
budaya sebagai “uba rampe” sajen bunyi yaitu Budaya Osing Banyuwangi,
Padalungan dan Budaya Arek. Ada 5 karya yang akan disajikan yakni: 1. “Konser
Ludruk Karawitan” karya: Prasetyo Wahyu Sejati; 2. “Swarawe” karya: Mokh.
Hikam Fadli; 3. “Paglak Lagkaban” karya: Bagus Agustin; 4. “Pring Nggadang”
karya: Alif Nova Firdaus; 5. “Engsel Seliwah” karya: Ilham Bahiy Rif’at Ramadhan.
Pelaksanaan acara dimulai pada pukul 20.00 wib. - 29 Juli 2024: Pergelaran Sanggar Tari Brang Wetan, pukul 19.00 wib.
- 30 Juli 2024: Pergelaran Sanggar Tari Biyang Agung, pukul 19.00 wib.
- 31 Juli 2024: Pergelaran Sanggar Tari Mulyojoyo, pukul 19.00 wib.
- 1 Agustus 2024: Pergelaran Kesenian SD Hang Tuah 3 dan Sanggar Baladewa,
pukul 19.00 wib. - 2 Agustus 2024: Pergelaran Ketoprak “Suryo Budoyo” dari Kota Surabaya dengan
lakon: “Pedhut Mataram”. Lakon ini mengisahkan tentang pembangkangan Ki
Ageng Mangir kepada Penembahan Senopati penguasa Mataram. Walau sudah memegang pusaka Tombak Baru Klinthing namun berkat siasat Panembahan
Senopati akhirnya Ki Ageng Mangir berhasil ditundukkan, yakni dengan jebakan
putri Panembahan Senopati sendiri yang berpura-pura menjadi pengamen keliling.
Ki Ageng Mangir terpikat dengan sang putri kemudian mau menghadap
Panembahan Senopati. Namun kemarahan sang Panembahan tak bisa dibendung
hingga Ki Ageng Mangir tewas karena kepalanya dibenturkan ke watu gilang.