Berburu Makelar di Gedung Pamer Diskop Jatim
“ Identitrasnya sudah kami kantongi. Kami akan segera menertibkan”
Totok Indarto : Ada gula ada semut
Itulah ungkapan yang pas digunakan untuk mengambarkan keberadaan gedung pamer dan pusat souvenir produk UMKM di Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur ini.Pusat Souvenir ini ditengarai dimanfaatkan oleh makelar dalam menjual produk UMKM. Gedung yang berada di Jl. Raya Juanda Sidoarjo ini bak sebuah minimarket yang memajang ratusan produk UMKM yang bisa di dapatkan oleh pengunjung atau tamu-tamu kedinasan sebagai buah tangan.
Tak pelak, pusat pamer produk UMKM yang kini berganti nama menjadi galeri cinderamata dan galeri batik itu pun menarik minat para makelar atau broker untuk menitipkan produk UMKM yang bukan produksinya.
Sesuai peraturan, Dinas Koperasi dan UMKM Jatim melarang selain UMKM yang memproduksi untuk menjual atau menitipkan produknya di gedung pamer ini. Karena dikhawatirkan mereka tidak kebagian space di gedung yang diresmikan pada 2010 itu.
Selain itu juga dikhawatirkan akan berpengaruh pada harga hingga menjadi lebih mahal. ” Harga yang ada di sini kan harga langsung dari UMKM, tanpa ada up atau dibesarkan”, kata Kepala Seksi Kerjasama Bidang UMKM, Totok Indarto.
” UMKM yang mau menitipkan produknya juga harus datang sendiri. Selain itu juga harus melalui wawancara dahulu untuk mengetahui kalau benar-benar dia (UKM) itu yang memproduksi,” lanjut Totok.
Tidak itu saja, untuk menerapkan keadilan kepada pelaku usaha UMKM, Diskop Jatim juga menjadwal para UKM bergantian menitipkan produknya di gedung ini. Produk yang kurang memiliki tingkat laku akan di return atau dikembalikan kepada pemiliknya. ” Itulah cara agar fair dan adil”, ungkap Kepala Bidang UMKM Ningky Poesponegoro sebelum ia paripurna akhir Agustus lalu.
Seperti diketahui, Dinas Koperasi dan UMKM Jatim ini dalam membantu pemasaran produk UKM mengadakan satu trobosan yakni dengan membangun pusat pamer produk UMKM dari seluruh wilayah Jawa Timur. Banyak produk UMKM yang terpajang disini. Mulai dari miniatur sepeda ontel, miniatur kapal, cincin perhiasan, kaos oblong, sepatu, tas, aneka batik, dll. Bahkan dalam satu tahun omzetnya bisa mencapai 1 miliar rupiah.
Di gedung inipun banyak pengunjung atau wisatawan yang datang baik secara resmi ataupun langsung mampir ke pusat produk UMKM yang nampak kembar ini. Seperti dari Kalimantan, Jakarta, Papua, Sulawesi, Maluku, Ambon, dll, hampir dari seluruh wilayah Indonesia. Bahkan tak jarang gedung yang didengungkan ide Sukarwo ini menerima kunjungan dari tamu-tamu resmi luar negeri.
Karena itu, Totok pun mewanti-wanti agar para makelar tidak memanfaatkan pusat produk UMKM ini untuk mencari keuntungan pribadi. Karena ini hanya dikhususkan bagi UMKM. ” Kami sudah mengetahui identitas pihak yang berpraktek sebagai makelar. Dan itupun segera akan kami tertibkan “, imbuhnya. (luk)