Pesona Banyuwangi, Dari Kearifan Lokal Hingga Padang Safana Alas Purwo
Banyuwangi. Begitu nama kabupaten di ujung Jawa Timur ini disebut. Kabupaten ini memiliki berbagai kekayaan alam dan budaya yang beraneka ragam. Seeprti tari Seblang dan Alas Purwonya yang begitu terawatt. Karuan saja wilayah yang berbatasan dengan pula dewata Bali ini juga menjadi tujuan para wisatawan, tak terkecuali wisatawan mancanegara.
Siang itu terik matahari sangat menyengat. Tapi kilau cahaya matahari itu tak mengendurkan semangat peserta Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) maupun penonton. Bertempat di Taman Blambangan parade fashion berbalut etnik dan budaya itu pun digelar.
Diawali dengan iring-iringan penampilan drum band dari Pemkab Banyuwangi kegaitan bertaraf internasional ini mulai dilaksanakan. Masyarakat nampak begitu antusias menyaksikan acara yang memasuki penyelengaraan ke-4 tahun ini.
Dani, adalah salah seorang remaja yang menyaksikan acara ini. Ia nampak begitu semangat memandangi iring-iringan peserta yang melintas. Sesekali ia berlari menghampiri iring-iringan yang masih jauh di depan mata. Ia pun berkata tak pernah melewatkan acara tahunan yang dihelat pemerintah kabupaten ini.
Menurutnya, event ini adalah sebagai hiburan yang menarik bagi masyarakat sekaligus meramaikan daerah yang ditinggalinya. Dan mengusir rasa jenuh di tengah hari bolong. Ia bersama empat rekannya berlarian begitu mendengar acara akan dimulai. “ Ayo udah mau dimulai nih,” teriak salah seorang teman.
Dani dan keempat rekannya pun berlari mendekat menuju front terdepan. “Saya hampir tak pernah melewatkan acara ini. Acara ini sangat menarik,” kata pemuda asal Rogojampi ini. Devile pun terus berlalu melanjutkan iring-iringan yang telah lalu dalam event yang bertema “ The Mystic Dance of Seblang” menuju pendopo Kabupaten Banyuwangi.
Yang sangat menarik perhaitan dalam kesempatan kali ini tidak lain adalah tari Seblang. Sebagai tarian yang menjadi tema dalam event kali ini, Seblang membawa daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Alhasil, menyaksikan marak dan besarnya daya tarik acara ini, menteri pariwiata Arif Yahya yang berkesempatan membuka acara ini berjanji untuk menjadikan kegiatan pariwisata Banyuwangi sebagai kalender kegiatan pariwisata nasional.
Devile tari Seblang pun mulai memasuki arena cat walk yang tidak lain adalah jalan raya menuju kantor bupati. Dimulai dengan iring-iringan Queen of Seblang yang mengenakan kostum kain batik sepanjang 300 meter buah karya desainer Banyuwangi Irma Lumiga iring-iringan ini melintasi jalan sepanjang 2,2 kilo meter hingga pendopo bupati diiringi dua orang pengawal dan 150 penari Gandrung yang membawa gaun bercorak batik Banyuwangi.
Juga ada penampilan 200 penari Seblang yang menarikan tari Seblang yang dalam kondisi kesurupan dan dibawakan secara teatrikal. Acara berambah menarik dengan penampilan 48 peserta BEC cilik. Juga ada penampilan Seblang Olehsari yang dilakukan oleh 33 orang yang didominasi warna hijau dan disusul 67 peserta Seblang Bakungan dengan dominan warna merah.
Seblang memiliki cerita tersendiri. Tari ini adalah tari sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas segala lilpahan berkah dari hasil bumi yang telah ada. Tarian ini dimulai dari masyarakat di dua desa dimana saat itu tidak ada hasil tani yang menghampiri hingga akhirnya tarian ini pun dilakukan sebagai upaya untuk mendatangkan berkah.
Tidak itu saja, pesona Banyuwangi juga nampak jelas pada obyek daya tarik wisatanya. Beberapa obyek daya tarik wisata itu dapat dinikmati di berbagai tempat. Diantaranya adalah Taman Nasional Alas Purwonya yang terbilang begitu terjaga. Di alas ini terdapat beberapa area wisata yang dapat dinikamti oleh wisatawan. Seperti Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 Ha. Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 Ha, Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 Ha, dan Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 Ha.
Di hutan ini terdapat ratusan species yang menghuni. Seperti Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia. Mamalia yang tercatat sebanyak 31 jenis, diantaranya yaitu : Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul (Panthera pardus), Lutung (Trachypithecus auratus), Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), dan Biawak (Varanus salvator).
Serta 236 jenis burung yang terdiri dari burung darat dan burung air, beberapa jenis diantaranya merupakan burung migran yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 39 jenis. Jenis burung yang mudah dilihat antara lain : Rangkok (Buceros undulatus), Merak (Pavo muticus), Ayam Hutan (Gallus gallus), Kangkareng (Antracoceros coronatus), dan Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris). Sedangkan untuk reptil telah teridentifikasi sebanyak 20 jenis.
Secara umum hutan di kawasan TN Alas Purwo merupakan tipe hutan hujan dataran rendah. Hutan bambu merupakan formasi yang dominan, ± 40 % dari total luas hutan yang ada. Sampai saat ini telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan pohon.
Keanekaragaman jenis fauna di kawasan TN Alas Purwo secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelas yaitu Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia. Mamalia yang tercatat sebanyak 31 jenis, diantaranya yaitu : Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul (Panthera pardus), Lutung (Trachypithecus auratus), Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), dan Biawak (Varanus salvator).
Untuk memasuki kawasan taman nasional ini pengunjung dikenakan tariff 5000 rupiah per orang. Tidak susah untuk menjelajahi keasrian alam hutan Alas Purwo. Hanya berjarak lima kilo meter dari pintu masuk sudah dapat ditemukan penangkaran penyu yang dilakukan oleh TN Alas Purwo. Selain itu juga terdapat lokasi mangrove yang dapat dinikmati melalui perahu penyebrangan. Juga terdapat rest area yang dapat diniamti dikala rasa lelah menyapa.
Alas Purwo juga menjadi daerah tujuan wisata yang tak kalah menariknya. Dari data yang berhsil dihimpun jumlah pengunjung Alas Purwo mencapai 150 orang per hari. Belum termasuk peak season seperti saat liburan tiba. Bahkan secara keseluruhan jumlah wisatawan ke Banyuawangi terus meningkat. Yakni sebanyak 874.285 orang lebih pada 2013 lebih banyak dari tahun lalu (2012) yang hanya mencapai 802.448 orang. Dan diantra jumlah itu 5.502 orang adalah wisatawan mancanegara atau naik sekitar 8 persen.
Kini Banyuwangi telah bangkit melalui kreativitas dan semangat membangun kepariwisataan yang membuahkan gaung hingga dunia internasional. Dan nampaknya semangat itu telah diwujudkan oleh sang Buapti Abdullah Azwar Anas yang memandang kearifan local memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat dijual ke masyarakat utamanya mancanegara.
Serta berbagai event kelas dunia lainnya yang mampu menyedot wisatawan internasional untuk datang menikmati indahnya bumi blambangan di ujung timur pulau jawa ini. Namun diantara semua itu, kesiapan Banyuwangi untuk menjamu wisatawan nampaknya masih harus diperhatikan. Seperti sentra makanan atau oleh-oleh dimana pembeli tidak mendapatkan struk belanjaan ketika mesin hitung menunjukkan jumlah hitungan belanjaan. (lukman)