UPT Taman Candra Wilwatikta Menggelar Sarasehan Kota Kreatif dan Desa Wisata Ekonomi Kreatif
Pasuruan – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim melalui UPT Pemberdayaan Lembaga Seni dan Ekonomi Kreatif Wilwatikta (Taman Candra Wilwatikta) Pandaan Pasuruan menggelar kegiatan Sarasehan Kota Kreatif Desa Wisata Ekonomi Kreatif di Jawa Timur.
Kegiatan yang dilaksanakan di UPT Pemberdayaan Lembaga Seni dan Ekonomi Kreatif Wilwatikta (Taman Candra Wilwatikta) Pandaan Pasuruan (26/9/2023) itu menghadirkan beberapa narasumber yakni Suryadi Kusniawan dari Universitas Ciputra, Nurareni Widiastuti dari Bapeda Jatim, dan Anggota Komisi B DPRD Jatim Karimullah Dahrujiadi.
Dalam kesempatan tersebut narusumber membawakan tema masing-masing yakni menuju desa wisata berkelanjutan melalui ekonomi kreatif, arah kebijakan ekonomi kreatif Jatim, dan penyerapan aspirasi melalui dialog yang dilakukan komisi B.
Dari kegiatan ini terungkap bahwa yang dimaksud kota atau desa kreatif adalah desa atau kota tersebut melaksanakan salah satu dari 17 sub sektor ekonomi kreatif. Seperti Pengembang Permainan, Arsitektur, Desain Interior, Musik, Seni Rupa, Desain Produk, Fesyen, Kuliner, Film Animasi dan Video, Fotografi, Desain Komunikasi Visual ,Televisi dan Radio, Kriya, Periklanan, Seni Pertunjukan, Penerbitan, dan Aplikasi.
Dikatakan oleh Suryadi Kusniawan bahwa untuk membangun kota atau desa kreatif ada beberapa cara. Salah satunya yaitu dengan melihat diantara 17 sub sektor ekonomi kreatif tersebut mana yang paling menonjol atau paling besar memberikan keuntungan di desa atau wilayah tersebut.
Kalau sudah ditemukan potensinya, itu yang perlu dikembangkan. Ia mencontohkan semisal desa kreatif A memiliki potensi hiburan, maka itu yang perlu dikembangkan.
Selain itu perlu dipikirkan juga faktor pendukung lainnya. Apa yang bisa dijadikan pendamping di sektor hiburan, yang paling mudah adalah disuatu tempat rekreasi tidak lepas dari produk kuliner, nah kuliner ini yang perlu digandeng”, terang Suryadi memberikan contoh.
Selain itu pula diperlukan stakeholder yang bisa dijadikan partner dalam melaksanakan suatu pembangunan desa wisata. Seperti pemerintah, akademisi, pengusaha, media, dll.
Suryadi menambahkan hendaknya masyarakat pelaku wisata tidak mendahulukan ego. Ia mencontohkan seperti di Jogja. Pelaku desa wisata bisa saling melengkapi satu sama lainnya dan bukan dianggap saingan.
Seperti pusat perdagangan elektronik. Bila satu produk yang dicari pembeli tidak dimiliki maka toko tersebut akan mencarikan atau menelpon toko lain yang punya. Dari situ akhirnya masalah terselesaikan. Pembeli terlayani, toko juga untung.
Dari diskusi ini akhirnya tergambar oleh peserta bagaimana cara mengembangkan atau membangun desanya yang dapat memberikan nilai tambah kepada para warga sehingga tercipta kemakmuran bersama.
Sementara itu Anggota Komisi B DPRD Jatim Karimullah Dahrujiadi mengatakan sudah selayaknya pihaknya mendukung apa saja yang baik untuk masyarakat baik dari segi anggaran maupun regulasi yang bisa dilakukan.
Ia menilai pembangunan pariwisata di Jatim lebih baik. Meski begitu juga masih banyak yang perlu ditingkatkan. Salah satunya adalah sarana transportasi umum yang menuju tempat wisata yang masih dirasa kurang oleh pelaku wisata.
” Saya siap mendukung apa saja yang dirasa perlu dan dibutuhkan masyarakat untuk kedepannya yang lebih baik. Saya siap”, terangnya. (her)