Pariwisata Jatim : Meski Dibuka, Belum Tetapkan Target, Pulih Saja Sudah Untung
Dialog Dengan Sekretaris Dinas Pariwisata Jatim
Surabaya – Dunia pariwisata mengalami situasi yang sangat terpukul akibat pandemi. Bahkan tak sedikit diantara mereka yang gulung tikar. Namun akhir-akhir ini semangat kembali pulih seiring dibukanya kembali beberapa tempat wisata yang ada di Jawa Timur.
Banyak yang berspekulasi bahwa selepas pendemi sektor pariwisata akan melesat pesat. Itu tidak dimungkiri nampaknya, dan rasanya juga benar bahwa masyarakat butuh berwisata setelah sekian lama terbelenggu oleh covid-19 tanpa was was.
Meski banyak tempat wisata dibuka, namun begitu tidak sebebas seperti sebelumnya saat sebelum pandemi. Pembatasan masih di sana-sini, harus nurut prokes (protokol kesehatan) dll. Maklum saja, covid masih “menyala-nyala”.
Dan karena inilah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim tidak berani menargetkan yang muluk-muluk meski banyak obyek wisata yang sudah dibuka.
“Kita realistis saja kalau soal target, pulih saja sudah untung”, terang Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto SKar MM melalui Sekretaris Dinas Tribagus Sasmito di Surabaya (27/1/2021).
Bagus melanjutkan, meskipun dibuka, tempat-tempat wisata itu juga belum sepenuhnya pulih. Artinya mereka belum bisa beroperasi secara penuh. Masih ada pembatasan-pembatasan di sana sini yang harus mereka jalankan.
“Kalau targetnya sih pemulihan ekonomi, berapa-berapanya realistis aja, belum bisa ke sana. Lha wong pulih aja belum. Pulih saja sudah untung”, jelasnya lagi.
Bagus pun menyadari kebutuhan pemenuhan hajat hidup masyarakat atau pelaku wisata tidak bisa dipungkiri. Karena itu obyek wisata dan lain-lain (pendukungnya) diizinkan untuk buka, dengan catatan harus menerapkan prokes (protokol kesehatan) yang benar.
“Sesuai arahan Ibu Gubernur dalam PPKM (pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat) ini, prokes harus dijalankan, seperti cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak, itu harus. Dan juga tidak kalah penting adalah kuota atau volume pengunjung juga harus diperhatikan, yakni 50% kapasitas”, tegasnya.
Social Distancing Perlu Diperhatikan
Namun Bagus pun menyayangkan bila ada masyarakat yang masih abai dengan jaga jarak di destinasi wisata. Ia pun berharap, adanya kesempatan dibukanya tempat wisata memberikan sedikit “hiburan” kepada masyarakat untuk ditaati sebaik-baiknya. Karena menurutnya yang paling sulit adalah physical distancing atau jaga jarak.
“Yang paling sulit itu klo sudah membaur dengan banyak orang adalah jaga jarak (physical distancing) ini yang menurut saya perlu diperhatikan”, tegasnya.
Seperti diketahui kesehatan dan kebutuhan ekonomi adalah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Karena itu pemerintah berharap keduanya bisa saling berjalan beriringan saling melengkapi.
Karena itu sektor pariwisata juga memiliki peran dalam hal ini. Beberapa hotel juga difungsikan sebagai sarana kesehatan untuk berkontribusi dalam penanganan covid-19 sebagai tempat isolasi agar semuanya dapat berjalan beriringan.
Kedepan, Bagus pun berharap bahwasanya keadaan ini segera pulih dan bisa hidup normal sebagaimana layaknya sebelum covid-19 melanda. Agar kesejahteraan bisa tercapai dan dapat dirasakan segala lapisan masyarakat. (ian)