Ngalab Berkah : Ziarah Ke Makam Wali 9
* Bersama Warga Tebel Barat Gedangan Sidoarjo
Sebagai umat Muhammad dan melaksanakan ibadah, warga Tebel Barat kecamatan Gedangan Kab. Sidoarjo baru-baru ini melaksanakan ziarah ke wali 9. Kegiatan itu cukup didambakan bagi kalangan umat Islam khususnya warga nadliyin yang tak bosan-bosannya mengunjungi makam para wali pewaris para nabi ini.
Rombongan berangkat sekitar pukul 07.00 dari Desa Tebel Barat Rt 05 Rw 01 Gedangan. Sebanyak kurang lebih 60 peziarah laki-laki dan perempuan begitu bersemangat mengikuti kegiatan keagamaan ini. Pekik sholawat mengiringi kepergian mereka. Ditengah perjalanan rombongan mengumandangakan berbagai puji-pujian kepada Alloh dan Rasulnya hingga suasana khas nadliyin begitu kentara.
H. Mulyadi pemimpin rombongan tak hentinya mengumandangkan sholawat haji untuk keselamatan selama perjalanan. Tak pelak rombongan pun dibawa suasana haru yang menggelayut. Raut wajah sumringah tergambar dari wajah mereka ketika turun dari bus untuk menuju tempat tujuan pertama, Sunan Ampel Surabaya.
Setibanya di pemakaman Sunan Ampel, rombongan memanjatkan do’a-do’a kepada aulia tersebut agar limpahan berkah diberikan atau mengalir kepada peziarah. Setalah kurang lebih empat puluh lima menit di makam Sunan Ampel, perjalanan dilanjutkan ke makam Sunan Giri di Gresik. Meski perjalanan masih jauh, tidak ketinggalan rombongan menempatkan untuk berbelanja di pasar sekitar pemakaman Sunan Ampel sebelum melanjutkan ke Gresik. ” Namanya juga ibu-ibu ndak bisa ngelihat pasar, ada aja yang pengen dibeli, padahal perjalanan masih jauh” kata salah seorang rombongan laki-laki.
Tuntas berbelanja, perjalanan dilanjutkan ke Gresik menuju makam Sunan Giri. Sepertinya telah diatur sedemikian rupa lokasi pemakaman yang letaknya jauh dari parkir kendaraan hingga peziarah harus menaiki ojek untuk menuju kesana dengan tarif 5 ribu rupiah per orang. Disini pun tak lama rombongan meluangkan waktunya menginggat banyaknya tempat tujuan.
Setelah memanjatkan do’a di makan Sunan Giri rombongan melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Drajat di Lamongan. Sunan Drajat dikenal dengan welas asihnya kepada kaum lemah yang tekenal dengan ajarannya adalah wenehono teken kanggo wong wuta, wenehono payupan marang wong kang kudanan, wenehono mangan marang wong luwe, dan wenehono busono marang wong kang mudo. Yang artinya adalah : kasih tongkat kepada orang buta dengan maksud berilah petunjuk bagi orang yang tidak tahu atau awam, beri perlindungan bagi orang-orang yang tertimpa kesusahan atau musibah, naungilah rakyat miskin (kekurangan), dan kasih atau ajari budi pekerti bagi orang yang tidak berakhlak.
Setelah menginjakan kaki di makam Sunan Drajat perjalanan dilanjutkan menuju makan Maulana Ibrahim Asmoro Qondi yang merupakan ayah dari Sunan Ampel. Perjalanan ke makam ini merupakan perjalanan yang asing bagi para rombongan. Pasalnya makan ayahanda Sunan Ampel ini jarang sekali masuk dalam paket tour perjalanan.
Setelah beberapa saat berziarah ke makam Asmara Qondi, perjalanan dilanjutkan menuju makam Sunan Bonang di Tuban. Sama dengan makam Sunan Giri, perjalanan menuju makam Sunan Bonang juga tidak dapat ditempuh langsung menuju ke pemakaman melainkan harus ditempuh dengan ojek atau becak. Deretan para abang becak pun siap mengantar peziah menuju pemakaman. Puluhan abang becak siap mengantar dengan tarif 7000 per kepala untuk sekali jalan yang berjarak kurang lebih dua kilo meter dari lokasi parkir kendaraan. Sama dengan makam-makam wali lainnya, jajaran pedangan kaki lima pun nampak di sepanjang pintu masuk menuju makam. Mereka menawarkan berbagai macam oleh-oleh ataupun busana-busana muslim dan lainnya bagi para pengunjung. Tak ketinggalan makanan atau minuman khas tuban, legen.
Singkatnya, menjelang akhir perjalanan adalah perjalanan yang sangat menakjubkan bagi para peziarah. Lebih-lebih bagi mereka yang pertama kali melakukan perjalanan ini. Yakni menuju makam Sunan Muria yang berada di pegunungan Muria Jawa Tengah. Perjalanan menuju makam ini bisa dikatakan sangat dramatis sekaligus menyiutkan nyali. Diperlukan kesabaran dan seamangat luar biasa menuju tempat ini. Pasalnya, untuk menuju tempat ini harus dicapai dengan kendaraan roda dua (ojek) dengan tarif 8000 rupiah. Pengendara bak joki balap motor saat tanding di arena. Wer……wer……wer….! Tukang ojek ngebut!
Tak sedikit penumpang yang ketar-ketir dibawa ojek meliuk- liuk karena kondisi medan yang menanjak. Untunglah jalannya sudah beraspal bagus. “ Wah saya sampai ndak berani menoleh, lha wong kendaraannya kayak balapan gitu e,” terang salah seorang peziarah. Begitu juga tak kalah saat pulang dari pemekaman. Namun sebaliknya, perjalanan pulang tidak harus mengunakan ojek bila Anda takut untuk mengunakannya. Perjalanan pulang bisa ditempuh dengan jalan kaki melawati jalan setapak yang telah disiapkan. Namun jalan ini juga tak kalah menguras tenaga.
Perjalanan turun sepanjang kurang lebih lima kilo meter ini sangat melelahkan meski asyik dilakukan. Pasalnya, perjalanan ini melewati jajaran para pedangang hingga sampai ke tangga paling bawah. Sehingga pengunjung bisa mampir baik membeli oleh-oleh ataupun sekedar mengisi perut makan dan minum. Deretan pedagang siap melayani dengan harga yang terjangkau. Akhirnya perjalanan selama dua hari berziarah tersebut telah sampai dengan selamat hingga tujuan di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo. (her)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh
Walisongo Adalah Utusan Khalifah Utsmaniyah
https://bogotabb.blogspot.co.id/
Sri Sultan HB X Ungkap Hubungan Khilafah Utsmaniyah dengan Tanah Jawa :
https://www.youtube.com/watch?v=L4jwAjgYqVw