Menkop Launching Cangkul Merah Putih dan Ekspor Kerajinan Berbahan Fosil Kayu
Dari Kunjungan Menkop
Ke Jatim
Tulungagung – Masih segar di ingatan Teten Masduki ketika baru dilantik menjadi Menteri Koperasi dan UKM RI, 30 Oktober 2019. Ketika itu impor cangkul sedang menjadi perbincangan nasional. Bagaimana bisa, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, impor cangkul dari negara tetangga.
Teten yang sebelumnya dikenal sebagai aktivis ini kemudian mendapat tugas dari Presiden Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencari solusi agar Indonesia tidak impor cangkul. Ketika itu bahan baku menjadi isu utamanya. “Akhirnya kami menempuh jalan untuk memperkuat koperasinya terlebih dahulu, kemudian bermitra bersama BUMN untuk ketersediaan bahan baku,” jelas Teten Masduki.
Dua tahun kemudian, tepatnya 22 Oktober 2021, Teten Masduki pun berkunjung ke Desa Kiping, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungangung. Apa hubungannya cangkul dengan Desa Kiping? Ada. Pasalnya, di desa inilah sentra Cangkul Merah Putih, wujud dari proyek cangkul dalam negeri yang tujuannya menekan impor cangkul.
Brand-nya Cangkul Merah Putih, diproduksi oleh Koperasi Produsen Angudi Logam Abadi. Teten Masduki mengapresiasi kinerja Koperasi Produsen Angudi Logam Abadi, yang akhirnya sukses menghasilkan produk cangkul buatan dalam negeri, dengan brand Cangkul Merah Putih. Cangkul Merah Putih mendapat sertifikasi layak mutu dari SNI.
“Saya bersyukur, Cangkul Merah Putih sekarang punya label SNI. Akhirnya kita mampu swasembada cangkul sendiri yang saat ini bahan bakunya di-support oleh BUMN, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan dukungan pembiayaan dari PT BRI (Persero) Tbk,” ucap Teten kepada pers seusai mengunjungi tempat produksi Cangkul Merah Putih.
Pada Jumat (22/10) produk SNI Cangkul Nasional Merah Putih dilaunching Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, di Pendopo Kabupaten Tulungagung, bersama pelepasan ekspor kerajinan berbahan fosil kayu ke Hamburg.
Ikut mendampingi Teten Masduki dalam launching ini Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM, Ahmad Zabani, Deputi Bidang UMKM, Hanung Harimba Rachman, Direktur Pengembangan Usaha LPDE, Jarot Wahyu dan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur, Mas Purnomo Hadi.
Dikatakan oleh Teten Masduki, Cangkul Merah Putih merupakan program lokalisasi kolaborasi Kemenkop UKM bersama Kementerian Perindustrian, LPDB-KUMKM, dan BUMN untuk menekan impor cangkul.
Saat ini, kualitas Cangkul Merah Putih telah terstandarisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri nasional dan daerah. Selain di Tulungagung, koperasi sektor logam dengan produk cangkul juga fokus dikembangkan di Sukabumi, Klaten dan Tegal.
Teten mengatakan, Cangkul Merah Putih fokus mengisi market dalam negeri, terutama terhadap kebutuhan alat-alat pertanian yang sebagian besar masih impor. Namun ia tidak menutup kemungkinan cangkul ini bisa juga merambah pasar internasional.
Teten menegaskan, langkah selanjutnya yang kini perlu dilakukan adalah mengembangkan koperasi logam penghasil cangkul ini, agar bisa memproduksi alat pertanian lainnya. Dalam memperkuat koperasi industri logam ini, Kemenkop UKM menekankan beberapa faktor.
Pertama, memastikan ekosistem cangkul ini cukup baik melalui supply logam dari Krakatau Steel dengan harga yang kompetitif. Kedua, akses pasar produk ini dengan cara diserap pemerintah, kementerian, dan lembaga sehingga koperasi bisa meningkatkan produknya dari sisi kualitas dan kuantitas.
“Akses pasar telah dibuka sebanyak 40 %belanja pemerintah lewat LKPP, salah satunya alat-alat pertanian. Belanja UMKM pun sudah diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja. Program alokasi pengadaan barang dan jasa pemerintah dari UMKM saat ini mencapai Rp 188,96 triliun atau sekitar 42,19 % dari total target Rp 447,2 triliun,” ucap Teten.
Ketiga, Kemenkop UKM terus memperkuat akses pembiayaan lewat LPDB-KUMKM. Termasuk KUR dengan bunga yang sangat rendah dari perbankan dan disubsidi oleh pemerintah.
“Saya optimis industri logam, terutama cangkul ini terus berkembang. Karena selama dua tahun ini, isu impor cangkul sudah tak ada lagi. Bahkan dari segi kualitas, saya sudah coba adu sendiri dengan produk impor, cangkul Merah Putih punya kita ini kuat,” kata Teten Masduki.
Di kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi, Suharyono, mengatakan, saat ini koperasinya mampu memproduksi 4.000 cangkul per bulan. Ia bersyukur produk Cangkul Merah Putih kini mendapat sertifikat SNI. “Ikhtiar ini agar kita mudah jika ingin menembus pasar ekspor dan berjejaring dalam rantai nilai global (global value chain),” imbuhnya.
Bupati Tulungagung Maryoto Birowo juga menyatakan dukungannya. Dikatakannya, momentum ini sebagai bentuk keberpihakan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka peningkatan daya saing UMKM di tingkat nasional dan global.
Terutama di Tulungagung, kata dia, banyak produk-produk UMKM yang bisa dijadikan unggulan ekspor. “UMKM di Tulungagung jadi penguat ekonomi di daerah dan mampu membuka lapangan kerja yang lebih baik,” tandasnya.(res/ian)