Melepas Tukik Untuk Investasi di Hari Mendatang

Kadishut Jatim (empat dari kiri) saat melepas tukik bersama di Pantai Tanjung Penyu, Desa Sitiarjo, Kec. Sumbermanjing Wetan, Kab. Malang

Malang – Di ujung Selatan Jawa Timur, di hamparan pasir Pantai Tanjung Penyu, Desa Sitiarjo, Kec. Sumbermanjing Wetan, Kab. Malang, puluhan Tukik Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dilepasliarkan menuju samudera lepas oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Dr. Ir. Jumadi M.M.T, bersama dengan Kepala BBKSDA Jatim.

Kegiatan itu juga diikuti oleh Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Malang, Kepala Balai Perhutanan Sosial Yogyakarta, Kepala BPHL VIII Surabaya, DWP Dishut Jatim, Kepala CDK Wil. Malang, DWP CDK WIl. Malang, Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang.

Juga ikut serta Kapolsek Sumbermanjing Wetan, Danramil 16 Sumbermanjing Wetan, Kasat Polairud Polres Malang, Kader Konservasi Alam/Ketua Yayasan Konservasi Penyu Indonesia, Ketua KPS KTH Bangkit Sejahtera, Ketua KPS KTH Tunggul Wulung, Pimpinan Museum Zoologi Frater Vianney, Perwakilan ASITA (Association of The Indonesian Tours and Travels Agencies), Perwakilan ASPPI (Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia), Perwakilan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), Perwakilan HPOI (Himpunan Provider Outbound Indonesia) , Perwakilan HPI (Himpunan Pariwisata Indonesia), pada Minggu (15/6).

Kadishut Jatim mengapresiasi semangat gotong royong masyarakat, kelompok perhutanan sosial, dan mitra dalam menjadikan konservasi sebagai kekuatan ekonomi dan sosial. “Ini bukan sekadar pelepasliaran tukik, tapi tentang harmoni antara alam, ekonomi, dan ekowisata,” ujarnya. Filosofi equilibrium menjadi landasan kehutanan berkelanjutan.

Selain melepas tukik, peserta juga diedukasi tentang siklus hidup penyu, ancaman di alam, dan pentingnya menjaga pantai. Dengan potensi 4A. Yakni Attraction (Daya Tarik), Accessibility (Aksesibilitas), Amenity (Fasilitas), dan Ancillary (Layanan Pendukung) yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Pantai Tanjung Penyu seperti diketahui tumbuh sebagai ikon ekowisata konservasi di pesisir Selatan Jawa Timur. Menurut Kadishut, menjaga satu tukik hari ini adalah investasi bagi ekosistem dihari esok. Sinergi ini menunjukkan bahwa Perhutanan Sosial merangkul hutan, laut, manusia, dan masa depan.

“Karena itu kegiatan atau langkah ini merupakan langkah yang perlu mendapat perhatian dan berkelanjujtan dari kita semua untuk kelangsungan ekosistem kita dan untuk anak cucu mendatang”, terang Jumadi.

“Pelepasliaran Tukik ini menjadi simbol nyata sebagai komitmen bersama dalam menjaga ekosistem secara menyeluruh. Begitupun pengelolaan hutan sosial yang harus dilakukan secara terpadu menyentuh aspek ekologi, ekonomi, dan sosial guna memastikan keberlanjutan hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani huatn”, terang Jumadi. (her)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *