Masyarakat Jatim Lebih Bahagia, Dibanding Rata-Rata Orang Indonesia
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, M. Sairi Hasbullah mengungkapkan masyarakat Jatim lebih bahagia dibandingkan rata-rata orang Indonesia. Hasil ini terukur dari Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) BPS tahun 2014.
Dari pengukuran itu, indeks kebahagiaan warga Jatim di angka 68,70. Angka itu disebut berada di atas indeks nasional 65,11. Orang Jatim lebih bahagia dibandingkan orang Jawa Barat (67,66), Jawa Tengah (67,81), dan Banten (68,24). ‘’Jatim hanya kalah dengan DI Yogyakarta yang punya indeks 70,77,’’ kata Sairi, Minggu (8/2) kemarin.
Dikatakan Sairi, empat aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam indeks kebahagiaan adalah pendapatan rumah tangga (14,90%), kondisi rumah dan aset (13,73%), pekerjaan (13,57%), serta pendidikan (13,56%). Tingkat kepuasan penduduk Jatim terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi (78,05). Sementara itu, tingkat kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (58,89).
Dijelaskannya, ada beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan Jatim berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi, yaitu seperti indeks kebahagiaan penduduk di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (69,96 banding 67,60).
Selanjutnya, penduduk berstatus menikah memiliki indeks kebahagiaan tertinggi (69,36), sementara penduduk berstatus cerai hidup mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (65,34). Dari segi usia, penduduk kelompok umur 25-40 tahun memiliki indeks kebahagiaan tertinggi (69,91), sementara, penduduk Lansia (kelompok umur 65+) mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (65,95).
‘’Ada kecenderungan dengan makin banyak anggota rumah tangga, maka indeks kebahagiaan cenderung semakin tinggi. Namun hal ini hanya berlaku hingga anggota rumah tangga sebanyak 5 orang. Ketika jumlah anggota rumah tangga meningkat menjadi 6 atau lebih, maka indeks kebahagiaan cenderung menurun,’’ paparnya.
Terkait dengan pendidikan, lanjutnya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang tidak/belum pernah sekolah mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (63,64), sementara indeks kebahagiaan tertinggi pada penduduk dengan tingkat pendidikan S2 atau S3 (82,31).
Ditambahkan Sairi, kecenderungan dengan makin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga, maka indeks kebahagiaan cenderung semakin tinggi. Pada tingkat pendapatan Rp1,8 juta ke bawah, indeks kebahagiannya hanya 65,50, sementara pada tingkat pendapatan Rp4,8 juta hingga Rp7,2 juta per bulan, indeks kebahagiaannya mencapai 76,48.
Sebelumnya Kepala BPS RI, Suryamin mengatakan, indeks kebahagiaan Riau tercatat paling tinggi, yaitu 72,42, Maluku 72,12, dan Kalimantan Timur 71,45. ‘’Di Kalimantan Timur ada sumber minyak dan penduduknya tidak begitu besar. Kalau di Riau, ada daerah perdagangan bebas yang perekonomiannya paling bagus. Jadi, tingkat kebahagiaannya tinggi,’’ katanya. [bhirawa/rac]