Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Pertahankan Posisi Jatim Sebagai Lumbung Padi Nasional
Surabaya – Konsep ketahanan pangan di Jawa Timur berfokus pada memastikan semua orang untuk memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap makanan yang cukup, aman, dan bergizi.
Hal ini melibatkan tiga aspek utama: ketersediaan pangan, keterjangkauan/akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Jawa Timur, sebagai daerah sentra produksi padi dan jagung, memiliki potensi besar untuk mencapai ketahanan pangan.
Jawa Timur memiliki lahan pertanian yang subur, khususnya di daerah pegunungan dan dataran rendah, yang mendukung produksi berbagai jenis tanaman pangan. Selain itu, Lumbung Pangan Jatim juga menyediakan berbagai komoditas pangan dengan harga terjangkau.
Upaya meningkatkan keterjangkauan pangan dilakukan melalui berbagai program, seperti penjualan langsung di Lumbung Pangan Jatim dan pembangunan infrastruktur pendukung.
Sementara itu pemanfaatan pangan yang tepat bertujuan untuk memastikan nutrisi yang optimal bagi masyarakat, termasuk dengan memanfaatkan pangan lokal dan diversifikasi menu. Indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan pangan di Jawa Timur mencakup: Ketersediaan pangan. ndikator ini mencerminkan jumlah dan jenis bahan pangan yang tersedia di suatu wilayah.
Keterjangkauan pangan. Indikator ini mencerminkan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan yang tersedia. Pemanfaatan pangan. Indikator ini mencerminkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan bahan pangan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan diupayakan melalui berbagai upaya, yakni : Diversifikasi tanaman pangan: Memperluas jenis tanaman pangan yang ditanam, termasuk tanaman lokal, untuk meningkatkan keragaman pangan.
Peningkatan produktivitas pertanian: Melalui penggunaan teknologi pertanian modern dan pupuk yang tepat, serta pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Peningkatan infrastruktur, Pembangunan jalan, irigasi, dan gudang penyimpanan untuk mendukung distribusi pangan.
Selain itu strategi utama yang diterapkan oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Menurut Kadistan Jatim, Heru Suseno saat dikonfirmasi baru-baru ini mengatakan untuk memastikan keberlanjutan posisi Jatim sebagai lumbung padi nasional dan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian serta meningkatkan ketahanan pangan adalah :
- Peningkatan Indeks Pertanaman, yaitu mendorong dari IP 0 ke IP 100, IP 100 ke IP 200, IP 200 ke IP 300, dan dari IP 300 ke IP 400 sehingga luas tanam dapat bertambah dan bisa menjaga luas panen.
- Peningkatan Produktivitas Tanaman. Beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas diantaranya adalah penggunaan benih berkualitas, pemupukan dan pengelolaan tanah, dan diversifikasi pertanian (meningkatkan hasil pertanian dengan cara menanam lebih dari 1 tanaman atau teknik pertanian pada lahan tertentu seperti tumpang sari/tumpang sisip).
- Pengamanan Hasil Produksi, dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan, gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), serta penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen.
Penguatan Ketahanan Pangan
Penguatan ketahanan pangan dengan inovasi teknologi merupakan salah satu solusi penting dalam menghadapi tantangan global memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Beberapa inovasi teknologi modern yang dimanfaatkan dalam mendukung pertanian dan petani antara lain :
- Penerapan Pertanian Presisi menggunakan sistem informasi geografis (SIG) untuk memantau kondisi lahan dan tanaman, dan penggunaan drone untuk penyebaran benih, pupuk maupun pestisida.
- Bioteknologi, untuk pengembangan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki hasil panen yang lebih tinggi.
- Mekanisasi Pertanian, penggunaan alat dan mesin untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam kegiatan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan lahan dan meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk pertanian. Jenis-jenis alat dan mesin pertanian yang umum dipakai antara lain traktor, transplanter, combine harvester, mesin pengering (dryer).
Secara umum, teknologi dan mesin pertanian memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas pertanian dalam hal produktivitas, efisiensi tenaga kerja, pengurangan biaya produksi, dan peningkatan kualitas hasil panen.
Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada faktor-faktor seperti skala usaha, biaya operasional, dan kesesuaian dengan kondisi lapangan. Khusus untuk pemanfaatan alat dan mesin pertanian (modernisasi pertanian), memberikan pengaruh pada efisiensi tenaga kerja karena penggunaan mesin pertanian mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual yang berat dan memakan waktu.
Heru juga mengatakan satu unit mesin dapat menggantikan pekerjaan banyak orang, terutama pada tugas-tugas seperti pengolahan tanah dan panen. Hal ini menurutnya sangat memungkinkan petani untuk mengelola lahan yang lebih luas dengan jumlah tenaga kerja yang sama atau bahkan lebih sedikit.
“Mesin modern pertanian dapat meningkatkan efisiensi secara keseluruhan. Selain itu juga mengurangi biaya produksi. Meskipun investasi awal pada mesin pertanian bisa signifikan, dalam jangka panjang, dapat mengurangi biaya produksi per unit hasil panen. Efisiensi dalam penggunaan benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berkontribusi pada penghematan biaya’, ujar Heru. (her)