Bromo Marathon, Berharap Tak Sekedar Lari
Gunung Bromo merupakan magnet yang memiliki daya tarik tersendiri. Keelokan alam dan keramahan penduduknya mampu membius tiap mata yang memandang. Bahkan, salah satu icon pariwista Jawa Timur ini kini telah menjadi nama sebuah kegiatan olahraga yang banyak digemari masyarakat. Yaitu lari. Nama Bromo telah menjadi identitas bagi tiap daerah di sekelilingnya dengan ciri masing-masing. Seperti Probolinggo yang memiliki kegiatan Yadnya Kasada sebagai icon kegiatan daerah tersebut. Dan kini Kabupaten Pasuruan yang mengunakan nama Bromo sebagai icon kegiatan daerahnya dengan nama “Bromo Marathon”.
Bromo Marathon sendiri lahir untuk menyemarakkan dunia pariwisata dan olahraga yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bromo dengan berbagai kelas atau rute yang bisa dipilih. Yakni mulai 10 kilo meter hingga 42 kilo meter. Jangan tanya soal jumlah peserta. Hingga berita ini ditulis (22/9) jumlah peserta sudah mencapai 1800 orang dalam event yang bakal dilaksanakan 1 Oktober 2017 itu. Menurut Lismu Dayat, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan, peserta berasal dari 30 negara. Seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Jepang, Inggris, India, Jerman, Iran, Belanda, Perancis, Brazil, Itali, dll.
Daya tarik Gunung Bromo selalu memikat. Bahkan oleh siapa saja tak terkecuali oleh para pelari baik nasional maupun internasional. Tak pelak keindahan Bromo itu mengispirasi Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan untuk mengadakan suatu lomba lari berskala Internasional yakni “Bromo Marathon” yang setidaknya dilaksanakan tiap tahun. Dan tahun ini telah memasuki tahun yang ke lima.
Dayat melanjutkan, ada hal yang hingga kini masih menjadi keinginannya. Yakni menyandingkan olahraga lari tersebut dengan kegiatan lainnya sehingga para peserta tidak jauh-jauh datang hanya untuk lari saja. “Harapan saya kedepan adalah adanya acara lain yang dapat dinikmati peserta disamping kedatangannya ke sini (Bromo) untuk lari. Ini yang masih belum terlaksana”, terangnya melalui sambungan telephone.
Event Bromo Marathon sendiri dalam sejarahnya pernah tercatat sebagai kegiatan amal yang sebagian hasilnya disumbangkan untuk lembaga pendidikan di daerah lokal dengan mendukung fasilitas perpustakaan dan pengembangan sekolah. Misinya adalah untuk memajukan literasi, pemikiran kritis, dan kreatifitas melalui membaca.
Sejarah Lari Marathon
Ketika mendengar kata “marathon”, kita akan membayangkan lomba lari jarak jauh. Ya. Namun tidak seperti yang dipersepsikan oleh masyarakat awam, tidak semua lomba lari merupakan sebuah lomba marathon. Karena lomba marathon punya jarak yang spesifik: 42,195 kilometer. Yap, 42 km ditambah dengan 195 meter. Jauh, ya? Lalu, kenapa disebut marathon?
Sejatinya, Marathon adalah nama sebuah daerah di Yunani. Pada tahun 490 SM terjadilah Pertempuran Marathon (Battle of Marathon) di Teluk Marathon oleh tentara Yunani dari Athena melawan serangan pasukan Persia. Setelah pertempuran usai dan dimenangkan oleh tentara Yunani, ada legenda mengenai Pheidippides, sang pembawa pesan yang berlari tanpa henti dari Marathon menuju Athena untuk mengabarkan kemenangan Yunani atas Pertempuran Marathon. Walaupun kemudian Pheidippides meninggal setelah menyampaikan kabar kemenangan tersebut karena kelelahan.
Nah, setelah sekian abad, Olimpiade di era modern mengadopsi sejarah tersebut menjadi nomor atletik baru yang disebut dengan Marathon. Pada Olimpiade era modern pertama di tahun 1896, jaraknya sekitar 40km, dari Marathon menuju Athena. Namun jarak ini bisa berubah-ubah di Olimpiade berikutnya karena banyaknya rute antara Marathon-Athena.
Beberapa pelari asal Amerika Serikat yang berpartisipasi dalam nomor marathon di Olimpiade 1986 membawa “oleh-oleh” lomba Marathon ini ke negara asalnya. Dan mulai tahun 1897 mereka selalu menyelenggarakan lomba lari Boston Marathon setiap tahunnya hingga saat ini. Tak heran kalau Boston Marathon menjadi lomba marathon paling bergengsi. Jarak resmi yang disepakati oleh Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee, IOC) pada tahun 1907 adalah 25 miles (40 km) untuk Olimpiade 1908 di London. Namun saat pemetaan rute, penyelenggara memutuskan untuk menggunakan rute berjarak 26 miles (dari Windsor Castle menuju White City Stadium), ditambah lagi 1 putaran lapangan (586 yards 2 feet) agar garis finish tepat berada di depan tribun di mana Raja Inggris duduk menonton. Yang pada saat lomba berubah lagi menjadi kurang dari 1 putaran lapangan, 385 yards. 26 miles 385 yards = 42 km 195 meter.
Hingga akhirnya pada Mei 1921, International Amateur Athletic Federation (IAAF) menetapkan 42,195 km sebagai jarak resmi lomba Marathon yang masih digunakan sebagai acuan hingga saat ini. Jarak tersebut juga masih diberikan toleransi tambahan maksimal 42 meter (0,1%) sebagai antisipasi kesalahan pengukuran (1 meter tambahan per 1 km).
Awalnya, nomor atletik Marathon ini hanya diperlombakan untuk kaum pria. Nomor ini baru dibuka secara resmi untuk atlet wanita pada Olimpiade 1984 di Los Angeles, Amerika Serikat. Tidak seperti lapangan atletik yang dengan mudah dibuat seragam karena kelilingnya hanya 400 meter, tentunya tidak mungkin membuat jalur (track) khusus berjarak 42,195 km hanya untuk lomba lari. Sehingga, biasanya lomba marathon menggunakan jalur yang sudah ada, misalnya jalan raya di dalam kota. Oleh karena itu, walaupun jarak setiap marathon (bersertifikasi IAAF) itu sama-sama 42,195 km, tentunya rutenya akan berbeda di satu kota dengan kota lain. Selain rute, kondisi kontur, ketinggian, elevasi, dan bahkan iklim tentunya unik di setiap daerah. Jadi, jangan heran kalau banyak pelari yang suka berlomba di luar kota, atau bahkan luar negeri untuk mendapatkan pengalaman berlari yang berbeda.
Rekor dunia untuk Marathon berkisar di angka 2 jam (pria 2:03:38, wanita 2:15:25). Tentunya oleh atlet elit/profesional. Sementara untuk pelari amatir tentunya lebih lama lagi. Pelari marathon “pemula” biasanya menuntaskan dalam waktu 4 hingga 7 jam. Bukan waktu yang sebentar. Sehingga tak sedikit pula resiko kesehatan dalam menamatkan sebuah lomba marathon jika tanpa persiapan yang matang.
Nah, jangan keliru lagi untuk menyebut semua lomba lari jarak jauh sebagai marathon. Misalnya 5K dan 10K yang hanya 5 km dan 10 km tentunya belum bisa disebut sebagai marathon. Kecuali 21K yang berjarak setengah dari marathon, 21 km, sehingga disebut sebagai half-marathon. Sementara untuk yang berjarak penuh 42,195 km juga biasa disebut sebagai full-marathon. (her/bbs)
foto : indonesiaexplorer