Berkah JLS di Pantai Gemah
Pengunjung Membludak Hingga Ratusan Orang
Pantai Gemah. Siapa yang tak mengenal pantai ini. Belakangan diketahui sejak 2015 lalu ternyata keberadaan pantai Gemah mulai dirintis dan ramai diperbincangkan. Mulai dari masyarakat pecinta traveling juga masyarakat dunia maya. Kini keberadaan pantai itu semakin menarik seiring dengan maraknya perbaikan di sana sini di pantai yang sederet dengan Jalur Lintas Selatan (JLS) ini.
Bayangkan saja, dalam satu bulan pengunjung bisa mencapai ratusan ribu orang. Keterangan ini didapat dari Jumarli Ketua Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) pantai Gemah. Jumarli menyebtukan sejak dibuka dan diperkenalkan ke publik sejak 2015 lalu pantai yang masuk kawasan perhutani ini sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Lebih-lebih waktu perkenalan atau pembukaan itu bertepatan dengan moment hari raya idul fitri. Praktis pengunjung pun membludak. Ratusan pengunjung tumplek blek di areal yang nyaman ini. Masyarakat yang saat itu usai merayakan hari raya langsung banting setir ke area ini. “Jumlahnya hingga mencapai ratusan orang”, kisahnya menuturkan.
Pantai ini berada di Desa Keboireng Kecamatan Besuki Tulungagung sekitar 37 kmarah selatan dari kota Tulungagung. Saat itu tidak banyak yang bisa dinikmati di pantai ini. Hanya deburan ombak di pesisir selatan Jawa yang sesekali meninggi itu yang bisa dinikmati wisatawan. Hanya saja keberadaan pantai Gemah ini ditolong dengan akses mudah dan rindangnya pepohonan yang ada sehingga suasananya menjadi lebih asik dan menentramkan.
Jumarli berkisah awal dibukanya tempat ini bagi pepgunjung adalah melihat potensi yang ada. Apalagi ditunjang dengan dibukanya JLS sehingga langkah strategis ini kini pun berkelanjutan. “Kita sangat diuntungkan dengan adanya JLS ini. Dulu waktu belum ada JLS ya tidak seperti ini. Masih sepi seperti biasa. Tapi lantaran JLS beroperasi jadi nampak potensinya. Dari atas itu kelihatan indahnya sehingga kami tertarik untuk mengelola”, begitu ceritanya.
Seperti obyek wisata lainnya yang telah di organisir. Pantai ini pun mengenakan retribusi kepada pengunjungnya meski besarannya tidak cukup memberatkan. Hanya 5000 untuk orang dewasa di hari biasa dan 7500 untuk Sabtu dan hari libur. Sedangkan anak-anak usia paid dan taman kanak-kanak tidak dikenakan biaya. Parkir pun demikian, tidak memberatkan hanya 10.000 untuk kendaraan elf/bus dan 5000 untuk mobil biasa/mobil keluarga.
Kini banyak yang bisa dinikmati di pantai ini. Mulai dari menikmati ombak, bermain pasir, hingga motor trail atau bahkan sekedar mengarungi pantai dengan perahu nelayan. Untuk menikmati makanan ala pantai pun tidak sukar ditemukan disini. Banyak deretan warung-warung makan yang menyediakan ikan bakar. Seperti ikan cumi, kakap, tuna, dll. Sarana kebersihan seperti toilet dan tempat ibadah / musholla pun sudah tersedia dengan baik disini.
Sayangnya pantai memiliki pasir yang berwarna hitam tidak seperti pantai yang nampak bersih dengan pasir putihnya. Sayangnya lagi masih banyak berserakan sampah-sampah di sana sininya. Untunglah pengelola memiliki jadwal pembersihan yang dilakukan seminggu sekali di hari jum’at. Menurut pengelola sampah-sampah itu bukanlah keteledoran atau kecerobohan pengunjung melainkan itu adalah kiriman dari bendungan yang berdekatan dengan pantai tersebut.
Bahkan suatu ketika ada kiriman sampah berupa popok bayi dalam jumlah yang sangat besar. “Kita sangat prihatin sebenarnya dan mengakui kalau memang masih ditemukan banyak sampah di sana-sininya. Tapi itu bukan dari pengunjung atau kecerobohan kita. Itu kiriman dari salah satu bendungan yang ada di sini. Pernah satu ketika paginya kita bersihkan ndak sampai sore sudah datang lagi tumpukan sampahnya”, kenangnya.
Kini masalahnya tinggal penanganan sampah yang tiap hari selalu muncul dan ia berharap masalah ini dapat cepat terselesaikan dengan baik sembari tetap melakukan pembersihan rutin di tiap minggunya. Semoga masalah ini cepat teratasi ya? (rud)