Ali Makruf : Pertunjukan Seblang Merupakan Tonggak Penting Dalam Upaya Menjaga dan Mengembangkan Kekayaan Budaya Jawa Timur
Surabaya – Pertunjukan tari Seblang meramaikan Taman Budaya Genteng Kali Surabaya. Kesenian ini digelar sebagai upaya pelestarian budaya Jawa Timur dan apresiasi terhadap para seniman Banyuwangi yang telah menghidupkan tari ini hingga sekarang.
Tarian ini merupakan tarian adat yang digunakan oleh warga dua desa di Banyuwangi
untuk membersihkan desa dari bala’ atau bahaya yang juga biasa dikenal dengan bersih desa.
Meskipun memiliki nama yang sama, namun terdapat beberapa hal
yang berbeda pelaksanaannya.
Tari Seblang di Desa Olehsari
dilaksanakan tujuh hari berturut-turut setelah Idul Fitri pada sore harinya. Sementara di
Desa Bakungan biasanya ritual tari dilaksanakan tepat satu minggu setelah hari raya Idul Adha dan dilakukan satu malam penuh setelah magrib.
Penari Seblang biasanya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat dan tetap
berada pada garis keturunan penari seblang sebelumnya.
Tarian Seblang di Desa Olehsari
dilakukan oleh wanita yang belum baligh atau dalam bahasa Jawa disebut dengan
Mojoputri.
Berbeda dengan Desa Olehsari, penari di Desa Bakungan dipilih dari wanita
yang sudah berumur lebih dari lima puluh tahun dan sudah mengalami menopause.
Kedua penari sama-sama menggunakan omprok (mahkota), akan tetapi memiliki bentuk dan jumlah bunga yang berbeda.
Penari Di Desa Olehsari menggunakan omprok yang
terbuat dari pelepah pisang hijau segar yang di suir-suir dan diatasnya diberi bunga-bunga
segar yang diambil dari area pemakaman sekitarnya.
Selain kedua hal tersebut, terdapat
kaca kecil yang diletakkan di tengah-tengah omprok. Setelah omprok selesai disusun,
omprok diletakkan diatas kepala hingga menutup sebagian wajah penari.
Sementara itu Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur, Ali Marup. S. Sos. MM mengatakan, pagelaran Karya Budaya Seblang Banyuwangi tidak hanya menjadi sebuah acara budaya, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam upaya menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya Jawa Timur.
“Dengan demikian, pertunjukan ini bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam memperkaya dan memperkuat identitas budaya Jawa Timur” tandasnya.
Koreografer muda Banyuwangi, Miftahul Jannah mengatakan, bentuk-bentuk makhluk mistis dalam tarian tersebut digambarkan dalam wujud raksasa atau buto. Dari rangkaian karya ini menjadi
mudah bagi penonton untuk memahami apa sebenarnya tarian Seblang itu.
Miftahul Jannah memberi judul karya seni pertunjukan ini dengan “Antaratma Seblang”,
artinya “Jiwa batin atau kehadiran internal (kesadaran) yang ada dalam diri untuk
Seblang”.
Pemaknaan lebih dalam pada nilai spiritual Antaratma Seblang menekankan
pada penyatuan jiwa dan batin sehingga terbentuk dalam kesadaran dalam diri untuk “Seblang”.
Antaratma Seblang juga berbicara tentang bagaimana menyikapi tanggung
jawab yang telah digariskan dengan perasaan keterikatan sesuatu yang lebih besar dari
diri sang penari Seblang.
Sehingga hadirnya kesadaran tersebut merupakan usaha
pencarian makna dalam mencapai harapan dalam doa yang diucapkan. Pemaknaan yang
dituju dimaksudkan guna ketenangan lahir dan batin. (her)